Senin, 30 Agustus 2010

Sultan Muhammad Tsafiuddin II


Raden Afifuddin putra Sultan Abubakar Tadjuddin II dengan permaisurinya Ratu Sabar, dilahirkan subuh Kamis 3 Syawal 1257 H bersamaan 18 November 1841 M, diangkat sebagai putra mahkota dengan gelar Pangeran Adipati. Di Batavia Raden Afifuddin tinggal di rumah Syarif Abdul Kadir untuk diberi pendidikan Belanda. Sedangkan ayahnya dipindahkan ke Cianjur. Setelah beberapa tahun berada di Batavia, dipindahkan ke Galuh di Ciamis. Oleh Bupati Galuh Raden Adipati Kusumadiningrat, Pangeran Adipati dididik sebagaimana layaknya seorang putra mahkota dibekali ilmu pemerintahan, ilmu agama, ilmu sastra dan ilmu pasti. Sebagai gurunya ditunjuk juru tulis Bupati Mas Suma Sudibya. Pada 1861 Pangeran Adipati Afifuddin dipindahkan ke Batavia untuk melanjutkan pendidikannya.


Besluit Gouvernemen Belanda 5 April 1861 Pangeran Adipati Raden Afifuddin diangkat menjadi Sultan Muda. Kemudian 23 Juli 1861 oleh Belanda disediakan kapal perang milik Belanda bernama Arjuna untuk mengantarkan Sultan Muda bersama pamannya Temenggung Jaya Kusuma yang dikenal dengan Temenggung Ruai pulang ke Sambas. Menghindari perselesihan seperti di masa yang lalu, maka Sultan Muda dinikahkan dengan Raden Khalijah putri Sultan Omar Kamaluddin. Dengan besluit kolonial Belanda 6 Agustus 1866 M dinobatkanlah Sultan Muda menjadi Sultan Sambas dengan gelar Sultan Muhammad Tsafiuddin II, sedangkan Sultan Omar Kamaluddin diangkat menjadi Yang Dipertuan. Saudaranya Raden Syarifuddin sebagai Pangeran Bendahara Sri Maharaja Ratu Mangkuningrat.


Masa pemerintahan Sultan Muhammad Tsafiuddin II lebih menitikberatkan perhatian pada pembangunan dan kesejahteraan rakyat terutama di bidang pendidikan. Banyak mendirikan masjid dan surau, di antaranya adalah Masjid Jami Sultan Muhammad Tsafiuddin II. Masjid ini dibangun bersama Ibunya Ratu Sabar 1 Oktober 1885 M. Pemuda yang berbakat di bidang agama oleh Sultan Muhammad Tsafiuddin II diberi beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Al Azhar Kairo Mesir, di antaranya terkenal adalah Haji Muhammad Basiuni Imran kemudian sebagai Maharaja Imam Kesultanan Sambas. Pada 1871 didirikan sekolah partikuler, mulanya yang belajar di sekolah ini adalah kerabat keluarga Kesultanan Sambas. Pada 9 September 1903 M dengan besluit kolonial didirikan Sekolah Bumiputera Kelas II. Semakin banyak rakyat Sambas yang ingin memperoleh pendidikan di sekolah, sehingga sekolah ini tidak dapat lagi menampung siswa. Untuk mengatasi hal itu dengan besluit Gouvernemen Belanda 1 Desember 1910 M didirikan sekolah Special School yang kemudian 1915 sekolah ini menjadi HIS. Setahun kemudian, 1916, Sultan Muhammad Tsafiuddin II mendirikan sekolah bernafaskan Islam dengan nama Madrasah Sulthaniah. Selain mengadakan pembangunan di bidang pendidikan, juga mengadakan pembangunan di bidang pertanian, perkebunan dan perhubungan.


Sultan Muhammad Tsafiuddin II dan permaisurinya Ratu Anom Kusumaningrat dikaruniai tujuh orang anak, masing-masing Raden Ahmad Agus Pangeran Adipati Putra Mahkota Datuk Iyan, Raden Sandi Brajaningrat, Raden Abubakar, Raden Mahmud, Raden Muhammad Ramang, Raden Sandut, Raden Muhammad Tayeb Pangeran Bendahara Seri Maharaja. Dengan selirnya Encik Nauyah Mas Nyemas dikaruniai tujuh anak masing-masing Raden Muhammad Ariadinigrat Pangeran Paku Negara sebagai wakil sultan dengan gelar Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin II, Uray Muhammad Noh, Uray Muhammad Masjid, Uray Muhammad Sani, Raden Jumantan, Raden Mutiara dan Raden Wildan.


Referensi :  Syafaruddin Usman MHD





Post title : Sultan Muhammad Tsafiuddin II
URL post : https://manuskripdunia.blogspot.com/2010/08/sultan-muhammad-tsafiuddin-ii.html

0 komentar:

Show Emoticons

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :q: :s:

Posting Komentar